Rabu, 02 November 2016

Sinopsis Film dalam Trailer I Can’t Do This But I Can Do That

 Satu film dokumenter pendek mengenai pasien disleksia, film untuk keluarga untuk mereka yang memiliki masalah dalam belajar. Penggalan cerita hidup dari sebagian anak pasien disleksia, cerita awal datang dari Abby l seseorang gadis belia berumur 9 th., yang senantiasa alami kesusahan dalam membaca, mengeja serta menulis. Abby senantiasa alami kesusahan membedakan kata, huruf serta angka yang sama. Ia menceritakan, satu diantara gurunya tidak tahu kalau ia disleksia, gurunya memerintahkan beberapa murid untuk menulis esai kurun waktu 45 menit, abby lihat beberapa rekannya dengan begitu gampang penuhi kertas dengan narasi mereka semasing, tetapi abby, bahkan juga tak dapat merampungkan baris awal. Beberapa orang mengajari abby dengan bagaimana caranya mereka belajar, bukanlah bagaimana caranya abby belajar, bahkan juga saat guru memerintahkan beberapa murid untuk memutar jam pada pukul 2 : 36 lalu memutarnya pas satu jam terlebih dulu, abby memutarnya pada pukul 8 : 00, serta saat gurunya ajukan pertanyaan, abby menjawab tidak paham, ia terasa semuanya tertutup tembok serta ia tidak bisa melewatinya lantaran ia tidak dapat mengerti beberapa hal gampang. Ibu abby menyampaikan, abby menulis lewat cara terbalik lalu penulisannya jadi fonetik, ‘sister’ jadi ‘s-t-e-r’, ‘flied’ ditulis ‘f-l-y-d’, ‘heaven’ ditulis ‘h-e-v-i-n’. Abby terasa tidak ada yang tahu mengenai dianya, tiap-tiap istirahat kelas ia tidak pernah dapat bermain seperti anak-anak lain lantaran gurunya menduga abby tak juga tahu serta paling lamban belajar dari murid yang lain hingga memerlukan saat ekstra. Oleh karena itu abby kerap di panggil bodoh oleh beberapa rekannya (hmmm walau sebenarnya anaknya begitu cantik). Tetapi sesudah ia ikuti tuntunan dari spesialis, ia perlahan-lahan dapat menangani kesulitannya, serta saat ini ia sukai buku.

Cerita ke-2 disleksia yaitu quenton 10, ia juga disleksia, kesusahan dalam mengerti angka serta perhitungan matematika, sebagai contoh 25 sen ia mengertinya sebagai 5sen. Lantaran apa yang ada pada diri quenton itu juga ia kerap terasa malu dibully beberapa rekannya disekolah, disebutkan aneh, bodoh serta lain sebagainya. Meskipun quenton disleksia ia jago dalam naik motor sport, ia sesekali mengendarai motor tril kepunyaannya, juga kekuatan dia dalam berolahraga hiking, meraih puncak wall climbing di mana anak seusianya mungkin saja kesusahan.

Ketiga yaitu gadis kecil cantik bernama julia, 9 th., ia gadis kecil yang begitu semangat serta ceria, ia begitu semangat saat tunjukkan piagam penghargaan dari yayasan anak berkebutuhan spesial, julia memperolehnya lantaran sadar kalau anak berkebutuhan spesial senantiasa diejek, walau sebenarnya sebagian dari mereka yaitu begitu cerdas serta pandai. Dengan semangat ia berkata kalau dianya memiliki banyak inspirasi, begitu banyak inspirasi, hingga sampai ia kesusahan menuliskan inspirasi idenya lantaran sangat banyak. Anak anak yang lain dapat menuliskan serta membuat inspirasi idenya, namun julia tak menulis satupun, ia cuma tidak dapat membuatnya kata kata serta membuat jadi kalimat. Lantaran masalah belajar serta konsentrasi, julia kesusahan berencana serta merampungkan tugasnya, dengan lucunya ia berkata kalau ia memiliki kesusahan dalam mengutamakan, membuat, serta merampungkan pekerjaan. Sosok bapak yang senantiasa mengajarinya nampaknya diuji kesabarannya lantaran sulitnya julia untuk konsentrasi serta konsentrasi, terlebih pada hal hal yg tidak menarik baginya. Tetapi julia dapat menuliskan perasaannya, dalam puisi, ia tertarik dalam bagian penulisan puisi, saat julia menulis puisi, tulisan dapat mengalir demikian saja, “ide bakal mengalir demikian saja, seakan olah semuanya telah ada” tuturnya. Julia mengharapkan satu waktu kelak ada yang mempublikasikan puisi-puisinya, ia membuat semuanya puisinya dalam satu bundel buku yang ia print serta ia bendel sendiri bergambar kue serta berjudul, “one more piece of cake please! And other poems. A mother’s day collection of poems. By julia skinner-grant” (satu potong kue lagi donk! Serta puisi yang lain. Satu himpunan puisi untuk hari ibu. Oleh julia skinner-grant”).

Cerita pasien disleksia ke empat yaitu Joey 12 th., ia menanggung derita disleksia yang mana ada masalah pada pemrosesan audio, joey bakal kesusahan bila memikirkan serta mendengar ketika berbarengan, joey mungkin saja bakal tampak tak menyikapi apa yang disebutkan orang saat ia tengah kerjakan suatu hal, ia dibantu oleh seoranng dokter spesialis yang melatih langkah ia mendengar. Joey dites dalam satu bilik yang umumnya digunakan penyanyi untuk rekaman, serta dokter mengatakan sebagian kata lewat mikrofon dengan tutup mulut serta joey mengulangnya, sesudah sebagian kata dapat diulang joey dengan benar, sang dokter memberikan tingkat kesusahan, yakni ditambahkan sebagian noise atau beberapa nada lain, seperti beberapa orang yang tengah bicara, serta nyatanya joey sekalipun tidak dapat mengulang apa yang disampaikan dokter lewat cara yang sama, seperti “chair” kursi, disampaikan joey sebagai “thumb” jempol. Disekolah joey di kenal sebagai anak yang pemarah, ia kerap diejek serta itu membuatnya stres, akan tetapi tidak menghambat joey untuk selalu berjuang, ia pintar dalam soal melukis, bahkan juga lukisannya begitu bagus, pelukis realis dari pasien masalah belajar.

Cerita setelah itu yaitu sebagian pasien disleksia lain, mereka masing masing memiliki keunggulan yang bahkan juga melebihi anak-anak seusianya, mulai main musik, menari, salah satunya yaitu john 12 th. dia menanggung derita disleksia disgrafia yang membuatnya menulis dengan begitu jelek bahkan juga tidak ada yang dapat membacanya, walaupun demikian john begitu sukai musik serta pintar memainkan gitar.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar